ASORA NYONTENG KARANG SEBUAH TRADISI MASYARAKAT SULEK MENJELANG BULAN SURO

 

       Bulan muharram atau masyarakat Bondowoso lebih familiar dengan bulan suro/sora, merupakan salah satu bulan yang sangat penting dalam siklus tradisi dan kehidupan masyarakat di Bondowoso khususnya di desa Sulek. Tradisi Bulan Suro memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat . Bulan ini dianggap sebagai waktu untuk refleksi diri, introspeksi, dan memohon ampunan kepada Tuhan. Tradisi-tradisi yang dilakukan diharapkan dapat membawa keselamatan, keberuntungan, dan kesuksesan di tahun yang baru.



Tradisi Arokat Karang merupakan sebuah tradisi yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat di Desa Sulek, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Tradisi ini diadakan setiap bulan suro  sekali, biasanya dari hari pertama sampai hari kesepuluh bulan suro, sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan air dari sumber mata air yang jernih dan lestar. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan dengan makan bersama bubur suro. Salah satu hidangan tradisi yang sarat makna, dinikmati masyarakat Desa Sulek pada malam 1 Suro atau 1 Muharram. Lebih dari sekadar hidangan, Bubur Suro merupakan simbol rasa syukur atas limpahan rezeki dan berkah dari Allah SWT.



kegiatan tahunan yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat desa Sulek dikemas dalam tema Zerowastle.Yang mana acara yang dilaksanakan oleh warga meminimalisir pemakaian plastik untuk kemasan bubur suro dan aneka jajanan tradisional lainnya. warga menggunakan daun pisang sebagai wadah untuk aneka suguhan.



Menyantap Bubur Suro bersama keluarga dan tetangga merupakan wujud rasa syukur dan mempererat tali persaudaraan. Tradisi ini juga menjadi pengingat untuk selalu berbuat baik dan saling tolong menolong dalam menjalani kehidupan.




Tradisi Arokat Karang dan menyantap bubur suro  tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga memiliki fungsi sosial dan ekologis. Tradisi ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk mempererat tali persaudaraan dan gotong royong dalam menjaga kebersihan dan kelestarian sumber mata air. Selain itu, tradisi ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu bersyukur atas karunia alam dan menggunakannya dengan bijak.




Meskipun zaman terus berkembang, tradisi Arokat Karang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Sulek. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan relevan dengan kehidupan masyarakat. Tradisi Arokat Karang menjadi contoh bagaimana manusia hidup selaras dengan alam dan menjaga kelestariannya.

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar