Ketahanan pangan menjadi salah satu isu penting dan sering dibahas dalam beberapa forum ilmiah, salah satunya adalah mewujudkan program SDGs " Zero hungry", ketahana pangan erat sekali dengan kondisi iklim yang hari ini tidak menentu, tantangan ini yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah-daerah dengan kondisi geografis yang menantang.
Namun ada satu keyakinan " Katahanan pangan Indonesia dapat berkelanjutan secara sosial, ekonomi, politik dan lingkungan jika dibangun dengan kearifan lokal". Keyakinan tersebut sudah ada sejak revolusi hijau di Indonesia, bahkan ketahanan pangan nasional hanya tergantung pada beberapa komoditan dan meskipun pada akhirnya salah satu pangan wajib orang Indonesia adalah nasi. padahal sebelum nasi masyarakat Indonesia juga mengkonsumsi bahan pokok selain nasi seperti ubi jalar, sorgum, dan beberpa pangan alternatif lainnya.
Berbicara tentang desa, merupakan salah satu lumbung pangan yang sangat penting. Mengapa demikian, karena di desa lahan hijau masih sangat banyak, dan selain itu kearifan lokal masyarakat yang diwariskan secara turun temurun menjadi salah satu faktor kemandirian pangan orang desa, masyarakat lokal memiliki pengetahuan dan kearifan yang telah diwariskan selama berabad-abad. Mereka menggantungkan hidup merka dari sektor pertanian berbasis kearifan lokal yang masih sampai saat ini masih ada yang memegang teguh, meskipun sistem pertanian hari ini sudah maju dengan teknologi. sistem warisan pertanian dari leluhur tidak hanya tentang bercocok tanam saja namin juga tentang akhlaq ekology.
Salah satu contoh adalah penggunaan pupuk organik dari tanaman kipahit, atau tanaman rembet dan pupuk organik dari kotoron hewan. Selain itu juga sistem tanaman masyarakat desa yang cendrung poly culture atau lebih dikenal dengan tumpang sari. Di era global saat ini mungkin sangat sulit menemukan pemandangan sistem pertanian seperti ini di desa-desa, masyarkat lebih cendrung menanam dengan sistem monoculture dan mereka juga mempunyai ketergantungan kepada pupuk kimia, karena penggunaan pupuk kimia dinilai lebih efisien dan lebih bagus daripada pupuk organik, meskipun faktanya tidaklah seperti itu.
![]() |
pemanfaatan kotoran hewan sebagai pupuk organik |
Berbicara krisis kedaulatan pangan, tentunya menjadi pertahatian penting bagi pemerintah. dengan maraknya isu ketahanan pangan banyak program inovatif pemerintah mulai dari petani milenial, genta pangan, satgas pangan dan program lainnya yang serupa. menyikapi semuanya itu sangat bagus sekali setidaknya pemerintah kita benar-benar berupaya memulihkan kedaulatan pangan bangsa ini. Namun ada hal yang dilupakan oleh kita adalah cara menuju kedaulatan pangan masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Kita masih terfokus kepada pencapaian kuantitas swasembada meskipun pada nyatanya kita masih saja import bahan pangan dari luar negeri. integrited farming adalah merupakan salah satu hal yang dilupakan oleh kita, kita masih menggunakan cara-cara yang menurut kita kurang tepat dalam mengolah bumi ini. Penggunaan pestisida kimia, pupuk kimia dan pola tanam monoculture merupakan pola yang kurang tepat dalam mewujudkan kedaulatan pangan bangsa ini.
Kita harus membuang ego kita, sistem pertanian yang terintegrasi dan sistem pertanian organik yang telah diwarisakan oleh nenek moyang kita adalah solusi dari semua permasalahan ini. Mengapa demikian, sistem pertanian terintegrasi tidaklah hanya berkaitann dengan agriculture namun tentang bagaimana cara kita sebagai manusia untuk menghormati tanah ( bumi ), karena jika kita berbicara tentang bumi di dalamnya bukan hanya tentang pertanian namun tentang kehidupan di dalamnya. maka dari itu sudah saatnya kita kembali kepada konsep integrated farming karena di negara-negara maju mereka sudah memulai menerapkan sistem pertanian berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar