Di tengah derasnya arus konsumsi dan sampah rumah tangga, kami memilih jalan berbeda—jalan yang lebih tenang, lebih alami, dan lebih penuh makna menurut kami seperti itu dan kami percaya tindakan kami akan memberi dampak baik kepada ekologi. Di kebun kecil kami "Lajerpote", semua yang tampaknya tak berguna justru menjadi awal dari kehidupan baru. Tidak ada yang benar-benar menjadi sampah, karena kami percaya bahwa semua bisa kembali kepada alam, karena alam adalah tempat kembali setiap iduvidualsme yang bernyawa.
Setiap hari, limbah organik seperti daun kering, potongan rumput, ranting, dan sisa dapur kami kumpulkan. Bukan untuk dibakar atau dibuang, melainkan untuk diproses menjadi kompos. Di dalam sebuah tong sederhana yang kami sebut “KERANG”, singkatan dari Keranjang Organik, limbah itu mulai berubah. Dengan bantuan waktu dan mikroorganisme alami, bahan-bahan yang semula tampak tak bernilai berubah menjadi kompos subur—emas hitam bagi tanah kami, yang semuanya sangat penting bagi siklus tanaman di kebun kami.
Kompos ini menjadi sumber kesuburan bagi tanaman-tanaman yang kami rawat dengan penuh cinta. Pepaya, serai, sayuran hijau, dan berbagai tanaman herbal tumbuh dengan sehat tanpa pupuk kimia. Setiap panen adalah hasil dari siklus alami yang terus kami jaga. Apa yang kami ambil dari bumi, kami kembalikan lagi dalam bentuk yang bermanfaat. Inilah bentuk nyata dari harmoni antara manusia dan alam.
Lebih dari sekadar kegiatan berkebun, ini adalah bentuk pendidikan dan warisan nilai untuk anak-anak dan masyarakat sekitar. Kami mengajak mereka untuk memahami bahwa setiap sisa makanan atau daun gugur bisa punya peran. Bahwa bumi tidak meminta banyak, cukup dengan sedikit kepedulian dan kemauan untuk kembali pada siklus alaminya.
Tidak ada yang terbuang di sini. Bahkan waktu dan tenaga yang kami curahkan terasa berlipat hasilnya, karena semuanya kembali—baik secara fisik dalam bentuk hasil panen, maupun secara batin sebagai ketenangan hati. Di tempat ini, kami belajar bahwa hidup selaras dengan alam bukan hanya mungkin, tapi juga membahagiakan. Karena pada akhirnya, semua memang akan kembali kepada-Nya, dan kembali kepada alam adalah salah satu bentuk syukur kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar