ISLAMIC FARM DAN OPAK SINGKONG : CERITA MENANAM PERSAHABATAN DI LAJERPOTE PERMACULTURE

 

Di sebuah sudut tenang Kabupaten Bondowoso, tepatnya di Desa Sulek, Kecamatan Tlogosari, pengalaman lintas budaya yang hangat dan penuh makna kembali tercipta. Kebun permaculture Lajerpote, yang sejak awal berdiri mengusung prinsip keberlanjutan dan spiritualitas Islam, kali ini kedatangan seorang volunteer asal Argentina bernama Dario Leonel. Perjumpaan ini menjadi momen berharga, bukan hanya dalam hal berbagi ilmu pertanian, tetapi juga dalam mempererat hubungan antarbudaya yang berlandaskan rasa saling menghormati meskipun kami berbeda budaya dan bahasa.


Selama beberapa hari, Dario terlibat langsung dalam kehidupan kebun. Bersama Ibu Asin, salah satu anggota komunitas yang berada di sircle Lajerpote, ia menyusuri lorong-lorong bedengan, mengenal berbagai jenis tanaman pangan lokal, dan belajar praktik pertanian berkelanjutan yang diterapkan di sana. Ia mencicipi pengalaman menyemai benih sorgum, membuat kompos dari limbah dapur, hingga melihat langsung cara kerja pertanian tradisional sederhana. Semua dilakukan dalam suasana yang santai namun penuh pembelajaran.



Salah satu hal yang paling menarik perhatian Dario adalah pendekatan Islamic Farming yang diterapkan di Lajerpote. Konsep ini tidak hanya mengajarkan cara bertani yang ramah lingkungan, tetapi juga menyentuh sisi spiritual. Setiap aktivitas di kebun, dari menanam hingga panen, diiringi dengan doa dan niat yang baik. Tanah dianggap sebagai amanah, bukan sekadar sumber daya. Dario yang terbiasa dengan praktik pertanian organik di negaranya, merasa konsep ini sangat menyentuh dan membuka perspektif baru. Ia menyadari bahwa bertani bisa menjadi jalan ibadah dan wujud syukur atas ciptaan Tuhan.



Interaksi budaya tidak berhenti di kebun. Dalam suasana keakraban yang terjalin, masyarakat desa dan Dario juga saling mengenalkan kekayaan kuliner dari masing-masing tempat asal. Dari dapur sederhana Lajerpote, Ibu Asin dan warga desa mengajarkan Dario cara membuat opak singkong, camilan tradisional yang dibuat dari singkong parut, dijemur, lalu dibakar hingga garing. Prosesnya sederhana namun sarat filosofi—tentang kesabaran, ketekunan, dan kebersamaan. Sebagai balasan, Dario mengenalkan dulce de leche, manisan khas Argentina berbahan dasar susu dan gula yang dimasak perlahan hingga menjadi krim karamel. Perpaduan manis dan gurih dari dua budaya ini menciptakan kelezatan baru yang dirayakan bersama.

Kehangatan perjumpaan ini menyentuh semua yang terlibat, terutama anak-anak dan remaja desa yang ikut menyaksikan dan membantu dalam kegiatan. Dario pun berbagi cerita tentang kampung halamannya, tentang bagaimana komunitas-komunitas kecil di Argentina juga mulai kembali ke pertanian organik, dan tentang pentingnya hidup selaras dengan alam. Tidak ada batas bahasa yang menghalangi, karena ketulusan selalu menemukan jalannya sendiri.



Lajerpote pun kembali membuktikan dirinya sebagai lebih dari sekadar kebun. Ia adalah ruang belajar terbuka, tempat di mana nilai-nilai lokal bertemu dengan wawasan global. Pertemuan dengan Dario menjadi bukti bahwa permaculture bukan hanya metode tanam, tetapi juga cara hidup yang menghargai keberagaman, keberlanjutan, dan keseimbangan. Desa Sulek melalui Lajerpote semakin mengukuhkan diri sebagai pionir desa wisata edukatif yang mengedepankan ekologi, karakter, dan spiritualitas.

Kehadiran volunteer internasional seperti Dario adalah awal dari jejaring pembelajaran lintas bangsa yang lebih luas. Di masa depan, Lajerpote berharap dapat terus menyambut siapa pun yang ingin belajar dan berbagi, menjadikan kebun ini sebagai simpul peradaban baru—di mana manusia dan alam kembali berdamai, dan budaya saling bersilaturahmi dalam harmoni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar